I Finally Found Someone

20197-bicycle-flower-pot-1920x1200-photography-wallpaper

Aku percaya bahwa dewa – dewi Olmpyus itu nyata.

Pada suatu zaman mereka pernah hidup dan mungkin hingga kini mereka tetap ada.

Bahwa suatu ketika, Aphrodite-dewi kecantikan dan putranya Eros-dewa cinta pernah menyelamatkan manusia sekaligus monster berbentuk campuran ular bernama Typhon dari serangan berbahaya.

Dalam usaha penyelamatanya, mereka menjelma menjadi sepasang ikan.

Sepasang ikan yang oleh Zeus dianugerahkan keabadian di langit malam sebagai rasi terakhir dalam 12 zodiak yang dikenal, Picses.-yang merupakan zodiaku dan aku senang mempercayai semua.

Tapi, ada hal yang kusesalkan mengenai rasa percaya itu.

Masih berhubungan dengan zodiaku yaitu ramalan. Ramalan zodiak.

Sejujurnya, aku tidak tau hubungan antara mitologi Yunani asal zodiak terbentuk dengan ramalan zodiak China berdasarkan kartu tarot. Yang ku tau adalah aku menyesal telah percaya pada ramalan tarot dilandaskan zodiaku-Picses.

Aku menyesal menuruti gelitik hasrat penasaran yang mencuat muncul ketika melihat stan ramalan tarot zodiak di depan Hypermart. Bisikan hasrat itu menuntunku untuk mencoba diramal oleh seorang ahli tarot zodiak yang suka dipanggil-Laurent.

Ketika menginjakan kaki pada stan berornamen merah dan interior khas negeri Tirai Bambu tersebut, Laurent menyambutku hangat. Aku paham sikapnya, karena aku adalah pelangganya. Mungkin satu – satunya orang bodoh yang mau diramal olehnya, terlebih mempercayai ramalan itu.

Pertama yang Laurent lakukan yaitu mengocok kartu, menjejerkan kartu hasil kocokanya diatas meja dan memintaku untuk mengambil beberapa sesuai hal apa yang ingin kutanyakan.

Aku mengambil satu dan bertanya mengenai kesehatan. Ia mengamati kartuku sedetik, tersenyum kecil, membuat anggukan kepala kemudian mata sayu-nya yang bulat menatapku dan berkata bahwa kesehatanku tak menghawatirkan. Kondisi tubuhku prima, hanya saja apabila aku tak menjaga apa yang kumakan aku akan terserang diare.

Bagus, aku menyukainya.

Berikutnya kuambil sebuah kartu lagi. Kusodorkan pada Laurent, kali ini karier dan keuangan. Tak banyak yang Laurent katakan. Ia hanya berkata bahwa tak ada perubahan signifikan pada kondisi keuanganku dan karier masih dalam zona aman.

Aku juga menyukai perkataanya ini.

Terakhir, sebuah kartu yang kuambil dari deret ketiga ujung kiri. Asmara.

Aku sedikit menahan nafas mendengar apa yang akan Laurent ucapkan. Ia terlihat berbeda. Laurent lebih lama mengamati kartuku dan bahkan aku bisa mencuri pandang bahwa ia mengamatiku juga. Butuh lebih dari semenit bagi Laurent menganilisa kartu yang kuambil dan aku sesekali. Ia meletakan kartu yang kuambil pada posisi semula kemudian, tersenyum kepadaku.

“Kau akan menikah?” ia bertanya.

Aku terperanjat, bagaimana ia tau? Tapi tanpa butuh jawabanku, ia melanjutkan kalimat.

“Aku senang mendengarnya. Tapi …”

Jantungku berdetak, rasanya ada sesuatu hal yang aneh muncul. Firasat agar kalimat itu tidak dilanjutkan.

“Tapi … kau harus mengetahui satu hal. Sebenarnya ini bukan hal yang penting sih, kalau kau tidak ambil pusing” gimik wajah dan gesture tubuhnya berusaha meyakinkan.

            “Kau akan menikah, tapi sayangnya … pria yang akan menikah denganmu bukanlah pasangan jiwamu-soulmate …”

            “Tidak usah dipikirkan ini seringkali terjadi, tapi dari apa yang kubaca di kartumu. Kau bisa bertemu dengan pasangan jiwamu sesungguhnya. Disitu digambarkan orang pertama yang memanggilmu pada jam 12 tengah malam hari ini di Namsan Tower, dialah sejatinya pasangan jiwamu”

Aku tak suka mendengarnya, ini buruk …

Dan, inilah penyesalan yang kumaksud. Karena aku mempercayai ucapan Laurent.

Sekarang aku disini, Namsan Tower dan jarum jam menunjukan pukul setengah dua belas malam. Setengah jam lagi sebelum seseorang datang, memanggil namaku dan orang itu katanya adalah pasangan jiwaku.

Aku bodoh, menyesal dan mengutuk diri mengapa aku berada disini. Mengapa aku harus mempercayai ucapan Laurent dan kartu – kartu tarotnya.

Aku ingin pergi dan mencoba tak ambil pusing, tapi terlambat. Aku sudah disini dan ada sesuatu dalam diriku yang menahanku. Dan aku membenci bagian diriku yang ingin tetap berada disini.

Kim Taeyeon kau sudah gila, kumaki diriku sendiri.

Kenapa kau begitu bodoh percaya terhadap hal – hal seperti ini?

Apa yang kurang dari semua yang kau miliki, sehingga kau masih saja berniat menemukan pasangan jiwamu.

Apakah tidak cukup dia? Yang bersamamu selama ini.

Dia yang menjadi penyelamat patah hatimu. Dia yang masih menyukaimu walau kau telah menolak, melukai hatinya. Dia yang kau sakiti, sekali lagi menyelamatkanmu dari rasa malu akibat ulahmu sendiri.

Dia yang tidak mempersalahkan sikap kekanak – kanakanmu. Yang selalu menjadi pendengar dalam setiap ocehan dan keluh kesahmu. Mengenai pekerjaan mu dan Mr.Park-atasanmu yang begitu menyebalkan. Tentang kau dan adikmu yang mempermasalahkan banyak hal. Tanpa berusaha untuk menghentikan ceritamu ataupun mengalihkan pembicaraan.

Dia dengan senyum yang selalu disampaikan padamu. Menjemputmu sepulang kantor. Memandangmu dengan matanya yang hangat. Dia yang dengan lembut mengusap kepalamu, kemudian meraih kedua tanganmu, menggegamnya hingga hangat dan berbisik memanggil nama kesayanganmu ‘Taeng~’

Dia yang selalu bersemangat bercerita mengenai impianya mendirikan restoran miliknya sendiri. Dimana kau dan dia akan menjalankan usaha itu bersama kelak. Kalian akan menghabiskan banyak waktu di restoran. Bercengkrama, mengobrol dengan tamu – tamu yang datang. Restoran yang setiap sudutnya akan dipenuhi aroma tentangmu.

Apakah semua itu tidak cukup?

Dia, seseorang yang telah kau temukan. Knocks of your feet.

Dia seorang yang membuatmu merasa lengkap.

Tidakah dia saja cukup?

Kenapa disaat semua sudah kau miliki. Disaat persiapan pernikahanmu denganya sudah mencapai 80% hatimu masih goyah?

Mengapa kau dengan bodoh mempercayai begitu saja semua ramalan yang tak berdasar.

Bagaimana?

Bagaimana jika hatimu tak kuat?

Jika seseorang datang, bukan dia. Orang lain .. dan itu adalah pasangan jiwamu. Apakah kau hanya melihat dia dan berkata dalam hati “Oh, ternyata dia pasangan jiwaku”

Apakah seperti itu Taeyeon? Bisakah kau seperti itu?

Tidak, hatimu terlalu lemah Taeyeon. Jika seseorang datang, kau akan berusaha mendekat. Mencari tau siapa dirinya, mengapa orang itu adalah pasangan jiwamu. Seperti apa pasangan jiwamu.

Kau akan menyakiti dia, yang melengkapimu.

Kau bodoh Kim Taeyeon, sangat bodoh. Sekian kalinya kumaki diriku.

Jarum jam semakin mendekati angka dua belas, udara malam di Namsan Tower ini semakin dingin seiring larutnya malam.

Aku merutuki diriku sendiri dan tanpa sadar air mataku menetes.

Aku begitu bodoh, atas segala pemikiran dan rasa percayaku.

Aku ketakutan …

“Taeyeon …”

Deg .. jantungku berdetak kencang.

Aku bisa mendengar dengan jelas namaku disebut.

Aku bisa merasakan seseorang berdiri dibelakangku.

Deg .. deg .. deg .. detak jantungku semakin cepat.

Kakiku terasa kaku, ada lem super kuat yang merekatkan kakiku dengan tanah. Aku tak bisa menoleh, melihat siapa yang memanggilku. Siapa pasangan jiwaku itu.

Tapi, hal yang tak terduga terjadi.

Orang yang berdiri dibelakangku, bergerak, Aku bisa mendengar suara langkah kakinya melaju. Orang tersebut berjalan mendekatiku dan kini mengambil tempat tepat dihadapanku. Sehingga tak pelak aku bisa melihatnya, pasangan jiwaku itu.

Dia, pasangan jiwaku membuatku tersengal. Rahangku gemetar, gigiku bergemeletuk. Ujung – ujung jariku mati rasa dan air mata sudah memenuhi kantungnya sehingga melesak keluar, jatuh begitu saja. Semakin lama semakin deras.

Aku terisak .. Sesenggukan tak terelakan.

Taeng… kenapa kau menangis?” tanyanya.

Aku tak menjawab, tak ada satupun kata keluar dari mulutku. Yang kulakukan hanyalah berhambur, memeluknya erat dan tak ingin kulepas.

Tuhan, terimakasih …

Aku merasakan dia membalas pelukanku.

“Sepertinya kau tak senang aku datang” ucapnya padaku.

“Tidak” balasku.

“Taeng, ada yang ingin kukatakan padamu. Aku bukanlah pasangan jiwamu yang kau tunggu. Aku mendengar dari adikmu tentang ramalan yang kau dengar, kalau kau sedang menunggu pasangan jiwamu disini. Karena mengkhawatirkanmu aku menyusul. Tapi, kurasa kau salah mengira dan sekarang belum tengah malam, masih ada tujuh menit lagi”

“Aku tidak peduli” balasku.

Sungguh, aku tidak peduli. Siapapun pasangan jiwa ku itu aku tidak peduli.

Menunggu pasangan jiwa itu ditempat ini membuatku tersadar. Terkadang yang dipersatukan dengan mu di dunia bukan sesuatu yang hilang pada dirimu, tapi suatu yang menutupi kehilanganmu. Menjadikanya lengkap, dan itu adalah kamu.

Aku senang, aku senang kau datang. Apapun alasanmu. Aku senang bisa memelukmu disini, malam ini.

***

6 MENIT KEMUDIAN

            Seorang pria berbadan tinggi mengenakan coat hitam legam dan NIKE berwarna kuning, beraksen biru, bertali putih melekat dikakinya. Rambut cepaknya rapi bewarna dark brown. Pria itu menatap sendu ke langit malam.

            Ia tak bisa tidur, sesuatu membangunkanya dan tak tau mengapa ia memikirkan tempat ini, Namsan Tower. Karena itu ia mendatanginya, tak mempedulikan istrinya yang tengah tidur lelap di sampingnya. Ia meninggalkan istrinya begitu saja tanpa meminta izin.

            Pria itu menarik nafas dalam, kemudian melepaskanya. Helaanya terasa berat. Ada cahaya kecil dimatanya yang muncul dan bergerak kacau. Mata itu mulai berkaca – kaca seiring dengan memori yang memenuhi otaknya saat ini.

“Jika … aku cukup berani, untuk memperjuangkan semuanya, melawan orang tuaku. Pada saat ini aku mungkin … tengah melamarmu di tempat ini”

            “Mungkin bila ada sedikit keberanian saja padaku. Aku tidak perlu mencampakanmu seperti itu di Restoran Steak, membuatmu terluka. Pada saat kau datang ke kantorku meminta penjelasan, aku tak perlu mengatakan hal konyol. Hari dimana kau datang ke pernikahanku, kau tak perlu berlari pergi. Karena seharusnya kau yang menemaniku di altar”

            “Maaf …”

            “Taeyeon … Kim Taeyeon maafkan aku”

            “Aku menyukaimu, bisakah kau dengar? Aku sangat menyukaimu. Aku mencintaimu. Maafkan aku … maaf …”

            “Taeyeon …”

Jam berdentang dua belas kali. Jam 12 tengah malam.

2 thoughts on “I Finally Found Someone

Leave a comment